hutbah Pertama :
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ
وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا
وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ
إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً
سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ
وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا
بَعْدُ …
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ
مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ
مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً،
وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ
Ibadallah! Saya berwasiat kepada anda semua agar senantiasa
bertakwa kepada Allah Yang Maha Mangetahui segala rahasia. Bertakwalah
kepadaNya secara lahir dan batin. Karena takwa kepada Allah Subhanahu
Wata’ala adalah bekal terbaik untuk memasuki alam kubur dan hari akhir.
Hari di saat semua rahasia terbongkar dan apa yang tersembunyi menjadi
terbuka. Hari ketika hati terdesak ke kerongkongan. Hari saat harta
benda dan kekayaan tidak lagi berguna.
Ibadallah! Siapakah yang akan kekal dan abadi ? Siapakah yang
menetapkan kematian atas seluruh makhluk ? Siapakah yang akan terus
hidup dan tidak akan mati ? Siapakah satu-satunya yang akan tetap
bertahan ? Siapakah yang akan tetap ada dan tidak akan hilang ? Siapakah
satu-satunya yang tidak akan berubah ? Dialah Allah Yang Maha Esa, Maha
Perkasa, Maha Mulia lagi Maha Gagah. Dialah yang menetapkan kematian
atas seluruh hamba. Sedangkan Dia tidak akan pernah hilang dan musnah.
Ma’syiral muslimin rahimani warahimakumullah! Orang yang
diburu oleh maut, mana mungkin bisa merasakan nikmatnya hidup ? Dan
orang yang akan tinggal di dalam kubur, mana mungkin menganggap dunia
sebagai tempat terbaiknya ? Kita terlalu asyik dengan harta, rumah, anak
dan istana, sehingga kita lupa bahwa kita semua pasti akan masuk ke
liang kubur. Kita terlena dengan hal-hal baru sehingga lupa akan masa
depan kita di alam kubur. Ketika kekuatan iman menurun dan perasaan
melemah, kita menjadi lupa bahwa kita akan dikubur di dalam tanah. Hanya
kepada Allahlah kita mengadukan kekerasan hati kita akibat banyaknya
bencana dan malapetaka yang menimpa.
Wahai umat Islam! Jiwa kita pasti sangat tersentak saat kita
mengantar orang-orang tercinta ke liang lahat. Dan hati kita pasti
sangat terguncang saat berpisah dengan orang-orang yang kita kasihi.
Tapi bagi orang-orang yang beriman kepada qadla dan qadar Allah, dan
mengetahui bahwa hal itu adalah sunnatullah yang berlaku bagi makhlukNya
(hukum Allah pada alam), tidak ada pilihan lain selain berlapang dada
dan bersikap pasrah. Tetapi anehnya, banyak sekali orang yang larut
dalam kebodohannya dan terombang-ambing dalam kemabukannya.
اقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ مُّعْرِضُونَ
Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka,
sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).(QS. Al-Anbiyaa’ :1)
Seolah-olah kebenaran adalah kewajiban orang lain. Seakan-akan
kematian adalah ketetapan bagi orang lain. Di saat kita dikepung oleh
budaya kebendaan (materialisme), disibukkan dengan permainan yang
menggoda, dan ditenggelamkan dalam kubangan kenikmatan dan kesenangan,
hingga merasuk ke dalam hati dan meresap ke dalam jiwa. Bahkan kita
merasa seolah-olah kekal di dunia ini. Dalam keadaan semacam ini, kita
benar-benar perlu berhenti sejenak untuk menghadapi masa depan yang
pasti akan kita lalui. Khususnya setelah dunia nyaris membawa banyak
manusia menjauh dari pantai keselamatan dan melemparkan mereka ke jurang
kehancuran dan kesesatan. Mudah-mudahan Allah berkenan menghindarkan
kita dari murkaNya dan siksaNya yang sangat pedih.
Wahai orang-orang yang beriman! Pernahkah kita bertanya pada diri
kita, apakah hidup akan terus begini, ataukah kubur akan menjadi
persinggahan kita setelah ini ? Pernahkah kita bertanya kepada diri kita
tentang puluhan jenazah yang kita shalati, kemanakah mereka pergi ? Apa
yang akan mereka hadapi ? Bagaimanakah keadaan mereka ? Apa yang akan
mereka alami ? Dan bagaimanakah nasib mereka nanti ? Tepat sekali apa
yang dikatakan penyair berikut ini :
Kematian itu bisa dihindari dan dijauhi
Bila ini turun dari ranjangnya, itu naik ke atasnya
Kita menginginkan banyak hal dan mengharapkan hasilnya
Tapi boleh jadi kematian lebih dekat dari harapan kita
Kita bangun istana-istana menjulang tinggi di angkasa
Padahal kita tahu bahwa kita pasti akan mati
Dan istana-istana itu pasti akan hancur
Kepada Allah kita mengadukan kerasnya hati kita
Setiap hati peringatan kematian selalu datang
Demi Allah, setiap pagi dan petang hari banyak sekali orang tercinta
Yang kita antar ke liang kuburnya
Dengan deraian air mata
Kita timbun tubuhnya dengan tanah bagai musuh saja
Sementara di dalam hati ada api yang membara
Liang kubur telah menampung orang-orang dulu dan orang-orang
belakangan, dimasuki anak-anak kecil dan orang-orang dewasa, dipenuhi
rakyat dan pejabat. Liang kubur menghimpun para Nabi, para ulama,
orang-orang kaya, orang-orang miskin, rakyat jelata, pejabat tinggi,
laki-laki dan wanita.
Kubur adalah pintu yang akan dimasuki semua orang
Tempat apakah gerangan sesudah pintu kubur ?
Tempat yang nikmat jika anda mengerjakan apa yang diridhai Tuhan
Tapi jika anda melanggar aturanNya, Nerakalah adanya.
Ayyuhal ikhwah Fillah! Marilah kita hayati topik yang sangat penting
ini. Topik yang menggambarkan betapa pentingnya situasi ini dan betapa
pentingnya apa yang akan kita hadapi. Mudah-mudahan kita bisa menyiapkan
bekal dengan sebaik-baiknya.
Imam Ahmad, Abu Daud, An-Nasa’i, Ibnu Majah, dan Al-Hakim
meriwayatkan dengan sanad shahih dari Al-Bara’ bin ‘Azib Radiyallahu
‘anhu ia berkata: “Kami pernah keluar bersama Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam untuk melayat jenazah seorang lelaki dari kalangan
anshar lalu kami sampai di kuburan. Setelah jenazah dikuburkan
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam duduk dan kami pun duduk di
sekelilingnya seolah-olah di atas kepala kami ada burung ( baca: sambil
menundukkan kepala). Sementara beliau memegang sebatang kayu kecil yang
beliau gunakan untuk mengoyak tanah. Lalu beliau mengangkat kepala dan
bersabda: “Mohonlah perlindungan kepada Allah dari azab kubur” sebanyak
dua atau tiga kali. Kemudian beliau bersabda:
“Sesungguhnya ketika seorang hamba yang beriman meninggalkan dunia
dan menuju Akhirat ada banyak malaikat yang turun dari langit. Wajah
mereka putih bersih laksana matahari. Mereka membawa kain kafan dan
parfum dari Surga. Mareka duduk di dekatnya sepanjang mata memandang.
Kemudian malaikat maut datang dan duduk di dekat kepalanya, lalu
berkata: “Wahai jiwa yang tenang, keluarlah menuju ampunan dan ridha
Allah.” Lalu jiwa itu keluar mengalir seperti air mengalir dari bibir
teko. Malaikat maut pun mengambilnya. Setelah ia mengambilnya, mereka
tidak membiarkannya di tangan malaikat maut barang sekejap mata. Mereka
langsung mengambilnya dan membungkusnya dengan kain kafan dan parfum
tersebut. Kemudian jiwa itu mengeluarkan aroma seperti aroma minyak
kasturi (misik) yang paling harum di muka bumi. Lalu mereka membawanya
naik ke atas. Dan setiap kali mereka melewati kumpulan malaikat, mereka
(yang dilewati itu ) berkata : ‘Apa yang berbau harum ini ? Mereka (
para malaikat pembawa jiwa itu ) menjawab : Fulan bin Fulan. Mereka
menyebutnya dengan nama terbaik yang sebelumnya digunakan oleh manusia
untuk memanggilnya selama di dunia. Mereka terus naik ke atas sampai
tiba di langit terdekat. Lalu mereka minta izin untuk dibukakan pintu
langit dan pintu pun dibuka. Di tiap-tiap langit itu para malaikat
terdekatnya turut mengantarkannya ke langit berikutnya. Hingga akhirnya
ia sampai ke langit ketujuh. Lalu Allah berfirman : ‘Catatlah buku
hambaKu di dalam kelompok tertinggi dan kembalikan dia ke bumi. Karena
sesungguhnya dari situlah Aku menciptakan mereka, ke sanalah Aku
mengembalikan mereka, dan dari sanalah aku akan mengeluarkan mereka pada
kali yang lain. Kemudian ruhnya dikembalikan (ke bumi). Lalu ia
didatangi dua malaikat dan bertanya kepadanya: ‘Siapa Tuhanmu ? ia
menjawab: Tuhanku adalah Allah. Keduanya bertanya: Apa agamamu ? ia
menjawab: Agamaku adalah Islam. Keduanya bertanya: Siapakah orang yang
diutus di antara kamu ini ? ia menjawab: Dia adalah utusan Allah.
Keduanya bertanya: Apa ilmumu ? ia menjawab: Aku telah membaca kitab
Allah, lalu aku percaya dan membenarkannya. Kemudian ada seruan dari
langit yang berbunyi: HambaKu benar. Maka berilah dia kasur dari Surga
dan berilah dia pakaian dari Surga. Dan bukakanlah pintu menuju Surga
untuknya, agar ia mendapatkan aroma dan keharumannya. Dan kuburnya pun
dilapangkan sepanjang mata memandang. Lalu ia didatangi seorang yang
berwajah rupawan, berpakaian bagus dan berbau harum. Orang itu berkata:
“Bergembiralah dengan sesuatu yang menyenangkan hatimu. Ini adalah
harimu yang dahulu dijanjikan kepadamu. Ia (orang beriman yang mati)
bertanya: Siapa kamu ? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan kebaikan.
Aku adalah amalmu yang shalih, jawabnya. Lalu ia berkata: Ya Tuhanku,
laksanakanlah hari kiamat, agar aku bisa kembali kepada keluargaku dan
hartaku.”
Sedangkan ketika seorang hamba yang kafir meninggalkan dunia dan
menuju Akhirat ada banyak malaikat yang turun dari langit dengan wajah
yang hitam legam. Mereka membawa kain kasar. Mereka duduk di dekatnya
sepanjang mata memandang. Kemudian malaikat maut datang dan duduk di
dekat kepalanya, lalu berkata: “Wahai jiwa yang jahat, keluarlah menuju
murka dan amarah Allah! Lalu ia pun dilepas dari jasadnya. Malaikat maut
mencabutnya seperti mencabut tusuk sate dari wool yang basah. Setelah
malaikat maut mengambil jiwa tersebut, mereka (para malaikat yang
berwajah hitam itu) tidak membiarkannya berada di tangannya barang
sekejap mata pun. Mereka langsung membungkusnya dengan kain kasar
tersebut. Dan jiwa itu langsung mengeluarkan bau busuk seperti bau
bangkai yang paling busuk di muka bumi. Lalu mereka membawanya naik ke
atas. Dan setiap kali mereka melewati kumpulan malaikat, mereka (yang
dilewati itu) berkata: ‘Apa bau yang busuk ini ? Mereka (para malaikat
pembawa jiwa itu) menjawab: Fulan bin Fulan. Mereka menyebutnya dengan
namanya yang paling jelek selama di dunia. Mereka terus naik ke atas
sampai tiba di langit terdekat. Lalu mereka minta izin untuk dibukakan
pintu langit tetapi tidak dibukakan.”
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam membaca ayat:
لاَتُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَآءِ وَلاَيَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ
Tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lobang jarum. (QS. Al-A’raf :40)
Lalu Allah berfirman: “Catatlah bukunya pada Sijjin di dalam bumi yang paling bawah.” Lalu ruhnya dibuang begitu saja.
Kemudian beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam membaca ayat:
وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَآءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ
Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia
seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau
diterbangkan angin ke tempat yang jauh. (QS. Al-Hajj :31)
Kemudian ruhnya dikembalikan ke dalam jasadnya dan ia didatangi
oleh dua orang malaikat. Lalu keduanya duduk didekatnya dan bertanya:
Siapa tuhanmu ? Ia menjawab: Ha?! Ha?! Aku tidak tahu. Keduanya
bertanya: Apa Agamamu ? Ia menjawab: Ha?! Ha?! Aku tidak tahu. Lalu
keduanya bertanya: Siapakah orang yang diutus di antara kamu ini ?
Ternyata ia tidak tahu namanya. Lalu dikatakan padanya: Muhammad. Lantas
ia menjawab: Ha?! Ha?! Aku tidak tahu. Kemudian ada seruan dari langit
yang berbunyi: Hambaku berdusta. Maka berilah dia kasur dari Neraka dan
bukakanlah pintu Neraka untuknya, agar hawa panas dan racunnya mengalir
kepadanya. Dan kuburnya pun menghempitnya hingga tulang-tulang iganya
saling silang di dalamnya. Lalu ia didatangi seseorang berpakaian jelek
dan berbau busuk. Orang itu berkata: Bergembiralah dengan sesuatu yang
buruk bagimu. Inilah hari yang dahulu dijanjikan kepadamu. Ia (orang
kafir yang mati itu) bertanya: Siapa kamu ? Wajahnya adalah wajah yang
datang dengan keburukan. Aku adalah amalmu yang buruk, jawabnya. Lalu ia
berkata: Tuhanku! Jangan Engkau laksanakan hari kiamat! Tuhanku! Jangan
Eangkau laksanakan hari kiamat.”
Sungguh, ini adalah Hadits yang sangat penting. Hadits ini mengambil
titik-titik pertemuan hati. Maka bagi setiap orang yang kematian sebagai
akhir hayatnya, tanah sebagai tempat tidurnya, ulat sebagai temannya,
Maunkar dan Nakir sebagai penanyanya, amalnya sebagai pendampingnya,
kuburan sebagai tempat tinggalnya, alam barzakh sebagai persinggahannya,
Hari Kiamat sebagai janjinya, dan Surga atau Neraka sebagai akhir
perjalanannya, sudah sepantasnya baginya untuk tidak melalaikan
detik-detik yang pasti akan dilaluinya ini.
Imam Ahmad dan Ibnu Majah meriwayatkan dengan sanad jayyid dari
Al-Bara’ bin Azib Radiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Ketika kami sedang
bersama Rasulullah tiba-tiba beliau melihat sekelompok orang. Lalu
beliau bertanya:
‘Untuk apa mereka itu berkumpul di situ ? Mereka sedang menggali kubur, jawab
seseorang. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam langsung terkejut dan
bergegas mendatangi kubur tersebut. Kemudian beliau berlutut dan
menangis tersedu-sedu hingga air matanya membasahi tanah. Lalu beliau
menghadap ke arah kami dan bersabda:
‘Saudara-saudaraku, untuk hal semacam inilah hendaknya kamu bersiap-siap.”
Demikian pula dengan generasi Salaf yang shalih. Hani’ maula Usman
Radiyallahu ‘anhu berkata: Utsman bin Affan apabila berada di dekat
kubur (makam) selalu menangis hingga jenggotnya basah dengan air mata.
Lalu dia ditanya: ‘Anda berbicara tentang Surga dan Neraka tetapi anda
tidak menangis. Namun ketika berbicara tentang kubur, anda selalu
menangis ? Utsman menjawab: ‘Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam bersabda:
“Sesungguhnya kubur adalah persinggahan pertama menuju Akhirat
dari itu seseorang selamat darinya maka apa yang sesudahnya akan lebih
mudah dari itu. Dan jika ia tidak selamat darinya maka yang sesudahnya
akan lebih berat dari itu. (HR. Ahmad, 2/292, At-Tirmidzi, 2308, dan Ibnu Majah, 4267 )
Tsabit Al-Bunani berkata: “Dulu apabila kami menyaksikan jenazah, semua orang menundukkan kepala sambil menangis.”
Begitu besar ketakutan mereka dan begitu kuat iman mereka. Bagaimana dengan kondisi kita sekarang ?!
Jenazah-jenazah membuat kita ketakutan ketika datang
Lalu kita kembali bercanda ria setelah mereka berlalu
Allahul musta’an ! (Hanya Allah tempat memohon)
Dalam sebuah Hadits disebutkan:
“Sesungguhnya kubur tidak lain adalah salah satu taman Surga atau jurang Neraka.” (HR. At-Tirmidzi, 2460 )
Dan disebutkan bahwa kubur berkata: “Hai kamu, anak Adam! Apa yang
membuatmu terlena ? Tidakkah engkau tahu bahwa aku adalah rumah
kegelapan, rumah keterasingan, rumah kesendirian, dan rumah ulat.”
Aku datang ke kubur lalu berseru
Di mana orang terhormat dan orang jelata ?
Mereka semua binasa lalu tak ada yang memberitakan
Mereka semua mati dan berita mereka pun mati
Ulat-ulat belatung datang pagi dan petang
Lalu menghabisi keelokan bentuk tubuh itu
Wahai orang yang bertanya padaku Tentang orang-orang yang telah lalu
Tidakkah anda punya pelajaran berharga
Dari orang-orang yang telah lalu
Abu Darda’ Radiyallahu ‘anhu berkata: “Aku pernah pergi ke makam
bersama Umar bin Abdul Aziz. Begitu melihat kuburan ia langsung
menangis. Lalu ia menghadap ke arahku dan berkata: ‘Hai Maimun, ini
adalah kuburan para leluhur Bani Umayyah. Seolah-olah mereka tidak
pernah berbagi kesenangan dan kehidupan dengan dengan penduduk dunia.
Tidakkah kau lihat mereka semua mati dan telah menerima hukuman. Mereka
ditimpa petaka dan tubuh mereka pun tidak berharga. Lalu Umar menangis
dan berkata: ‘Demi Allah, aku tidak mengetahui seorang pun yang beriman
di antara mereka yang telah masuk ke liang kubur itu merasa aman dari
siksa Allah.”
Jadi, ingatlah selalu masa depan yang pasti akan kita alami itu.
Bersiap-siaplah untuk menghadapinya dengan taubat dan amal shalih.
“Ya Allah sesungguhnya kami berlindung kepadaMu dari siksa kubur.
Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepadaMu agar Engkau berkenan
memelihara kami dari fitnah kubur. Ya Allah, jadikanlah kubur setelah
berpisah dengan dunia ini sebagai persinggahan terbaik kami dan
lapangkanlah liang lahat kami. Ya Allah, tolonglah kami dalam menghadapi
kematian dan sakaratnya, kubur dan kegelapannya, padang mahsyar dan
kesulitannya, shirath (jembatan menuju Surga) dan ketergelincirannya,
wahai Dzat Yang Maha Hidup lagi Maha Mengurus makhlukNya.
بارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ،
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ،
Khutbah Kedua
Amma ba’du:
Ibadallah! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu Wata’ala:
وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللهِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَّاكَسَبَتْ وَهُمْ لاَيُظْلَمُونَ
Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang
pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian
masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah
dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya. (QS. Al-Baqarah :281)
Ibadallah! Ketika berbicara tentang masalah masa depan ini,
setiap muslim harus fokus pada keharusan mengubah masalah keyakinan ini
menjadi kenyataan pikiran dan prilaku nyata di dalam hudupnya. Dalam
arti bahwa setiap orang yang percaya bahwa dirinya akan masuk ke liang
kubur harus benar-benar yakin bahwa tidak ada yang bisa menyelamatkan
dirinya dari kesepian dan siksaan kubur selain beriman kepada Allah dan
mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Seandainya kita
benar-benar percaya akan hal itu, niscaya kita tidak akan menjumpai
orang yang menodai akidah, merusak mutaba’ah (mengikuti Sunnah Rasul),
berzina, menjalankan riba, berbuat zalim, berdusta, menipu, atau
menyakiti orang lain. Karena ia tahu bahwa dirinya akan masuk ke liang
kubur. Setelah itu, ia akan ditanya tentang amal perbuatannya. Dan
setelah keluarga, anak-anak dan harta bendanya kembali kerumah, tinggal
malnya saja yang menemaninya.
Namun, harapan masih banyak. Kita harus tetap bersemangat. Para ulama
dan muballigh harus bisa mempertajam cita-cita, menggerakkan tekad dan
melembutkan hati dengan nasihat-nasihat semacam ini. Mudah-mudahan cara
ini dapat menggerakkan sumbu, menyalakan api dan menerangi jalan.
Siapkanlah bekal anda, wahai hamba-hamba Allah! Wahai orang-orang
yang lalai! Ingatlah masa depan yang pasti ini. Hitunglah amal anda
sebelum dihitung oleh Allah Subhanahu Wata’ala.
Wahai orang-orang terpedaya oleh dunia, yang halal maupun yang haram,
ingatlah kubur dan pikirkanlah tidur anda di dalam timbunan tanah.
Wahai pemuda yang suka bersenang-senang, bermain-main dan asyik
dengan kelalaian dan kesenangannya, sadarlah sebelum habis waktu anda.
Wahai wanita yang suka menyia-nyiakan hak-hak Allah, hak-hak dirinya,
suaminya dan anak-anaknya, ingatlah apa yang akan anda hadapi.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
وَلَقَدْ جِئْتُمُونَا فُرَادَى كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَتَرَكْتُم مَّاخَوَّلْنَاكُمْ وَرَآءَ ظُهُورِكُمْ
Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri kami
ciptakan pada mulanya, dan kamu tinggalkan dibelakangmu (di dunia) apa
yang telah kamu kurniakan kepadamu. (QS. Al-An’am :94)
Lakukanlah apa saja yang bisa menyelamatkan anda dari siksa kubur,
seperti taubat nasuhaa, amal shalih, menghitung-hitung diri, rajin
berdzikir, membaca Al-Qur’an, dan membaca Istighfar dengan niat yang
benar, ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam.
Dan hadirilah apa saja yang bisa memicu datangnya siksa kubur,
seperti menggunjing, menyebar fitnah (mengadu domba), dan tidak menjaga
diri dari percikan air kencing. Karena Rasulullah pernah melewati dua
buah kuburan lalu beliau bersabda:
“Susungguhnya mereka berdua benar-benar sedang disiksa dalam
perkara yang besar. Salah satu dari mereka dahulu tidak menutup diri
dari air kencing. Sedangkan yang lain dahulu suka mengadu domba.”(Shahih Al-Bukhari, 218 dan Shahih Muslim, 292)
Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Jagalah kebersihanmu dari air kencing Karena sesungguhnya kebanyakan siksa kubur disebabkan karena hal itu.” (HR. Ad-Daruquthni, 1/128 dan Al-Hakim, 1/183)
Termasuk yang bisa menyebabkan datangnya siksa kubur ialah riya’
(pamer), menjalankan praktik riba, berbuat zina, dan semua perbuatan
maksiat.
Ibadallah! Kita harus memperbaharui taubat yang
nasuhaa. Kita harus memohon perlindungan kepada Allah dari terkenan dan himpitan liang kubur. Karena
Ummul Mukminin Aisyah Radiyallahu ‘anha meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya kubur itu memiliki tekanan. Seandainya ada orang
yang bisa selamat darinya, niscaya Sa’ad bin Mu’adz selamat darinya.” (HR. Ishaq bin Rahawaih dalam Musnadnya, 1114, Ahmad, 6/55 dan Ath-Thahawi dalam Musykilul Atsar, 273)
Ayyuhal ikhwah! Bagian luar kubur adalah tanah biasa. Tapi bagian dalamnya bagi orang yang durhaka kepada Allah adalah penyesalan dan siksaan.
Inilah sekilas evaluasi diri sebelum ajal menjemput kita. Mudah-mudahan dapat mendorong kita semua untuk melakukan taubat yang
nasuhaa.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ. اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا
بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا
أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ
الْخَاسِرِيْنَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار