MOTIVASI: JADI APA KITA

Seorang pria muda datang pada ibunya dan mengeluh tentang banyaknya masalah dalam kehidupannya.

Sang Ibu mendengarkan dalam diam dan terkesan cuek. Sesaat malah masuk ke dapur dan anaknya terus bercerita sambil mengikutinya.

Sang ibu lalu memasak air.
Sampai airnya mendidih, lalu sang ibu menuangkan 'Air Panas Mendidih' itu ke dalam 3 gelas yang telah disiapkan.

Di gelas pertama ia masukkan WORTEL, di gelas kedua, ia masukkan TELUR, dan di gelas ketiga, ia masukkan TEH.

Setelah menunggu beberapa, ia mengangkat isi ketiga gelas tadi, dan hasilnya:
• WORTEL yang KERAS  menjadi LUNAK,
• TELUR yang mudah PECAH menjadi KERAS,
• dan TEH menghasilkan aroma yang HARUM.

Lalu sang ibu menjelaskan:
“Nak..... MASALAH DALAM HIDUP ITU BAGAIKAN AIR MENDIDIH.
Namun, sikap kitalah yang akan menentukan dampaknya.

Kita bisa menjadi Lembek seperti Wortel, mengeras seperti Telur, atau harum seperti TEH.

Wortel dan telur bukan mempengaruhi air, tetapi malah berubah karena air mendidih itu,
sementara TEH malah mengubah AIR, membuatnya menjadi HARUM.

”Setiap Masalah, selalu tersimpan Mutiara Iman yang berharga.
Sangat mudah untuk bersyukur saat keadaan baik-baik saja.
Tapi apakah kita dapat tetap percaya saat pertolongan Allah seolah tidak kunjung datang?

Ada 3 reaksi orang saat masalah datang:
• Ada yang menjadi lembek, suka mengeluh (seperti wortel tadi) dan mengasihani diri sendiri.
• Ada yang mengeras (seperti telur), marah dan berontak kepada Tuhannya...
• Ada juga yang justru semakin harum (seperti teh), menjadi semakin kuat dan percaya padaNYA.
Ada kalanya Allah  sengaja menunda pertolonganNYA.
Apa tujuannya?
Agar kita belajar percaya dan setia!

Karena tidak pernah ada masalah yang tidak bisa Allah selesaikan..

Mgkin para sahabat pernah membaca kisah ini, saya bahkan selalu mengulang baca saat hidup terasa rumit....  Selalu jadi oase yg menyejukkan

Semoga keberkahan senantiasa melingkupi kita..😊
selamat beraktivitas.

MOTIVASI

" Dunyo iki wis tuwo, tur keronto-ronto"

Contone :

Akeh putro wani karo wong tuwo;

Akeh joko dadi dudo.

Akeh dudo ngaku joko.

Akeh prawan nglairke putro tanpo bopo.

Akeh omah ibadah ra tau disobo.
-
Sing disobo malah omahe germo.

Diajak ibadah mesti semoyo, jare sambat boyoke loro.

Elingo yen sak wayah-wayah dipundut Sing Kuwoso, ora enom ora tuwo.

Malaikat podo ngincer sing leno.

Mulo jo lali ibadah madhep Sing Kuwoso.

Yen mati ben mlebu suwargo.

Yen mlebu suwargo jo lali Hp-ne digowo, ben iso ngabari lan WA-an karo konco-konco.

Yen mlebu neroko Hp-ne ra usah digowo, amargo sinyale ra ono.

Pitutur jowo asli ojo dilalekno.

Urip iku mung sedelo.

Mulo konco-konco, tulung pitutur iki disebarno marang poro konco sedoyo.

Sing meneng berarti  rumongso.

Sing mesem lan ngguyu berarti kulino.

Sing manyun berarti ra'iso boso jowo .....   
😆😆😆

KEKELIRUAN SEPUTAR TAUBAT

📋 KEKELIRUAN SEPUTAR TAUBAT

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁

Kekeliruan:

✅Menganggap bahwa taubat hanya layak dilakukan apabila telah yakin bahwa dirinya tidak akan kembali bermaksiat.

✅Menunda-nunda bertaubat karena khawatir dirinya akan mengulangi kemaksiatan yang sama.

✅Kian larut dalam maksiat tanpa keinginan mengurangi. Menganggap bahwa taubat tak bermanfaat selama masih suka berdosa.

✅Jika kembali berbuat dosa dirinya menganggap telah mempermainkn taubat dan bersikap munafik.

✅Lebih mengedepankan motivasi duniawi ketimbang ikhlas semata krn Allah seraya berharap ridho dan ampunanNya.

✅Rancu dlm memahami antar "tekad" tak kembali bermaksiat dengan "jaminan" tidak kembali bermaksiat.

✅Tekad tidak kembali bermaksiat adalah syarat taubat. Tapi jaminan tdk kembali bermaksiat bukan syarat taubat.

✅Meninggalkan kewajiban-kewajiban agama dan menjauhi majelis orang-orang saleh dan majelis zikir dengan anggapan dirinya masih penuh kotoran maksiat.

✅Hanya suka membesar-besarkan dosanya, lupa dengan kemurahan dan ampunan Allah yg lebih besar.

✅Tidak bertaubat lagi jika ternyata mengulangi maksiat dengan anggapan taubat berikutnya tidak diterima.

💦Yang benar,
❣jika bermaksiat lagi, taubat lagi...
❣bermaksiat lagi, taubat lagi.
❣Kalahkan setan oleh taubatmu sebelum dia mengalahkanmu dg ke-putus asa-an mu..

❣Sebelum nyawa sampai kerongkongan, atau matahari terbit dari barat, tidak ada yg menutup pintu taubat, selama ikhlas...

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁🌹

Dipersembahkan:
www.iman-islam.com

💼 Sebarkan! Raih pahala...

PENDIDIKAN TANGGUNG JAWAB SIAPA

Serasa terkoyak sembilu hati ini, membaca berita seorang anak yang gusar pada ibundanya karena menganggap sang bunda yang sudah renta terlalu lama membelikan nasi uduk untuk sarapan si anak.

Kegusaran yang mendorong sang anak tega memukul kepala sang bunda dengan gagang cangkul hingga sang bunda yang naas ini menghembuskan nafas terakhirnya di tangan anak semata wayangnya.

Sebelum kejadian menyedihkan itu berlangsung, sang bunda renta yang sedang sibuk mencuci baju kotor sudah berusaha tergopoh berlari membelikan nasi uduk untuk sang anak yang baru bangun kesiangan, merasa lapar, dan dengan kasar memerintahkan ibundanya untuk segera menyiapkan sarapan. Bukannya, merasa malu dan segera mengambil alih kerepotan ibundanya. Satu contoh dari sekian kasus yang relatif sama yang cukup banyak kita baca atau dengar. Duh, ada apa dengan kalian nak?

Sebagai seorang ibu, tercenung aku membaca headline berita, “Kenakalan Remaja Sudah Tak Wajar Dan Mulai Bergeser Ke Arah Kriminal”. Atau membaca opini yang berisi kekurangyakinan atas efektifitas pemberlakuan kurikulum pendidikan.

Muncul pertanyaan pada diri sendiri, sebagai seorang ibu, siapakah yang paling dominan membentuk kepribadian anak-anak kita? Pemerintah? Lingkungan? Masyarakat? Guru-guru atau sekolah? Pembantu? Atau..berat dan lirih aku menyebutkannya, orang tua? Ibu? Kita? Saya?

Apakah kita masih ingat untuk terus menanamkan nilai-nilai mulia ini pada anak-anak kita? “…Dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya . Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS Al-Israa’ : 23-24)

Bagaimana dengan konsep, prioritas keutamaan manusia di hadapan anak-anaknya, “ibumu, ibumu, ibumu, baru ayahmu" ?

Sesuai hadits berikut,

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.'” (HR. Bukhari dan Muslim)

Atau apa yang terjadi dengan mengajarkan keyakinan bahwa doa restu orang tua adalah sesuatu yang begitu sakral untuk memotivasi dan mendorong kesuksesan seorang anak?

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ لاَ تُرَدُّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ ، وَدَعْوَةُ الصَّائِمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ

“Tiga do'a yang tidak tertolak yaitu do'a orang tua, do'a orang yang berpuasa dan do'a seorang musafir.” (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro)

Dalam pembicaraan sehari-hari, ada istilah ibukota, untuk menggambarkan kota yang utama di suatu wilayah atau negeri, tempat berpusat semua aktifitas-aktifitas penting. Ada juga ibu jari, untuk menyebut jari yang paling besar dan menonjol di telapak tangan kita. Pada sebuah computer, motherboard adalah bagian tempat pusat pemrosesan. Ada juga ibu pertiwi, ada sel induk,ada pasar induk dan seterusnya. Tentu saja, maksud tulisan ini bukan untuk membahas istilah-istilah, tapi lebih untuk mengangkat bahwa sadar ataupun tidak sadar, ketika kita ingin menyebut satu bagian dalam suatu sistem, adalah bagian yang terpenting atau sebagai pusat pengorganisasian bagian-bagian lain, maka tak ayal, kata ibu, mother atau induk akan digunakan.

Masihkah anak-anak kita menganggap bahwa kita adalah bagian terpenting di rumah-rumah kita? Ketika, wujud dan keberadaan kita hampir-hampir tidak nampak di mata anak-anak kita, dengan berbagai alasan. Mengejar karir, eksistensi diri, atau bahkan kegiatan-kegiatan menghabiskan waktu untuk keasyikan dan kesenangan diri kita semata. Bagaimana dengan anak-anak? Cukup kita sediakan buat mereka pembantu-pembantu yang dengan sigap melayani kebutuhan mereka. Pendidikan mereka? Cukup kita sekolahkan mereka pada sekolah-sekolah yang kita anggap baik seharian penuh, ditambah dengan kursus-kursus tambahan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka.

Sebagian ibu sekarang ketika ditanya, “Sekarang kerja dimana?”, meresponnya dengan berat, atau bahkan berusaha mengalihkan pembicaraan atau menjawab dengan suara lirih sambil tertunduk “Saya adalah ibu rumah tangga”. Malu!
Apalagi jika yang menanyakan itu, seorang ibu yang “sukses” berkarir di sebuah perusahaan besar.
Apalagi jika yang ditanya adalah ibu lulusan universitas ternama dengan prestasi bagus atau bahkan berpredikat cumlaude tapi telah “menyia-nyiakan kepandaiannya” dengan menjadi ibu rumah tangga.

Wahai ibu, posisi dan peran kita begitu mulia.

Realitanya sekarang menyedihkan! Tidak semua memang, tapi banyak dari para ibu yang sibuk bekerja dan tidak memperhatikan bagaimana pendidikan anak mereka. 
Bagaimana mungkin pekerjaan menanamkan budi pekerti yang baik di dada-dada anak-anak kita bisa dikalahkan dengan gaji jutaan rupiah di perusahaan bergengsi? Atau kepuasan eksistensi diri kita?

Tapi, bisa saja banyak ibu-ibu penuh waktu mereka di rumah, namun tidak juga mereka memperhatikan pendidikan anak-anak mereka, bagaimana kepribadian anak mereka dibentuk. "Full" di rumah tapi tidak perduli dengan pendidikan anak-anak mereka. Membesarkan anak seolah hanya sekedar memberinya makan dan uang jajan saja.

Bukan masalah bekerja atau tidak bekerja, atau masalah keluar atau tidak keluar rumah, tapi yang utama adalah kesadaran kita bahwa mendidik anak-anak kita bukanlah hanya bertujuan menginginkan serta mengarahkan anak-anak kita bahwa kesuksesan mereka adalah keberhasilan akademis dan karir mereka, meraih hidup yang berkecukupan, cukup untuk membeli rumah mewah, cukup untuk membeli mobil mentereng, cukup untuk membayar sekian pembantu, mempunyai keluarga yang bahagia, berakhir pekan di tempat-tempat rekreasi.

Bukan hanya itu!

Wahai ibu...

Di usia tua kita, dalam kondisi makin lemah, apakah anak-anak kita akan teringat keutamaan kita kalau kita tidak optimal mendidik anak-anak kita?

Apakah justru mereka sedang sibuk dengan karir mereka yang dulu selalu kita bangga-banggakan melebihi kebanggaan atas keberhasilan mereka belajar menata perilaku dan akhlak mereka?
Atau mungkin mereka sedang asyik dengan istri dan anak-anak mereka?

Sedangkan kita? Sosok renta yang membebani mereka, tidak berguna, dan mengganggu kesenangan mereka? 

Hangat terasa air mataku mengalir, tak sanggup membayangkannya..

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁🌹

Dipersembahkan:
www.iman-islam.com

💼 Sebarkan! Raih pahala...

TEMAN IBLIS

Assalamualaikum wr wb

Percakapan antara
Rasulullah & Iblis...

Rasulullah bertanya :
“Apa yg kau rasakan jika
melihat seseorang dari umatku hendak sholat?”

Iblis menjawab :
“aku merasa panas dingin dan gementar”

Rasulullah : “kenapa?”

Iblis : “Sebab setiap seorang hamba bersujud 1X
kepada Allah, Allah mengangkatnya 1 derajat”

Rasulullah : “jika seorang umatku berpuasa?”

Iblis : “tubuhku terasa terikat hingga ia berbuka”

Rasulullah : “jika ia berhaji?”

Iblis : “aku seperti orang gila”

Rasulullah : “jika ia membaca Al-Quran?”

Iblis : “aku merasa meleleh laksana timah di atas api”

Rasulullah : “jika ia bersedekah?”

Iblis : “itu sama saja org tersebut membelah tubuhku dgn gergaji”

Rasulullah : “mengapa boleh begitu?“

Iblis: ”sebab dalam sedekah ada 4 keuntungan
baginya, iaitu :

1. Keberkahan dlm hartanya,
2. Hidupnya disukai,
3. Sedekah itu kelak akan menjadi hijab antara
dirinya dgn api neraka,
4. Terhindar dari segala macam musibah akan
terhalau dr dirinya,

Rasulullah : “apa yg dapat mematahkan pinggangmu?"

Iblis : “suara kuda perang di jalan Allah.”

Rasulullah : “apa yg dapat melelehkan tubuhmu?”

Iblis : “taubat org yg bertaubat”

Rasulullah : “apa yg dpt membakar hatimu?”

Iblis : “istighfar di waktu siang & malam”

Rasulullah : “apa yg dpt mencoreng wajahmu?”

Iblis : “sedekah yg diam2”

Rasulullah : “apa yg dpt menusuk matamu?”

Iblis : “sholat fajar”

Rasulullah : “apa yg dpt memukul kepalamu?”

Iblis : “sholat berjemaah”

Rasulullah : “apa yg paling mengganggumu”

Iblis : “majlis para ulama”

Rasulullah : “bagaimana cara makanmu?”

Iblis : “dengan tangan kiri dan jariku”

Rasulullah : “dimanakah kau menaungi anak2mu
di musim panas?”

Iblis : “dibawah kuku manusia”

Rasulullah : “siapa temanmu wahai iblis?”

Iblis : “penzina”

Rasulullah : “siapa teman tidurmu?”

Iblis : “pemabuk”

Rasulullah : “siapa tamumu?”

Iblis : “pencuri”

Rasulullah : “siapa utusanmu?”

Iblis : “tukang sihir (dukun)”

Rasulullah : “apa yg membuatmu gembira?”

Iblis : “bersumpah dgn cerai”

Rasulullah : “siapa kekasihmu?”

Iblis : “org yg meninggalkan Sholat Jum'at”

Rasulullah : “siapa manusia yg paling
membahagiakanmu?"

Iblis : “org yg meninggalkan sholatnya dgn sengaja"

*Sebarkan... biar 1 dunia tahu apa kelemahan Iblis